Prinsip Dasar Ahlus Sunnah wal Jamaah
Pembukaan
بسم الله الرحمن الرحيم Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.
1. Hadits dan Atsar yang Diriwayatkan oleh Para Ulama
Materi ini dimulai dengan riwayat dari Imam Abu Bakar bin Muhammad Al-Kasani, yang menukil dari berbagai ulama terkemuka, di antaranya:
- Abu Bakar 'Alauddin Muhammad bin Ahmad As-Samarqandi
- Abu Al-Ma'in Maimun bin Muhammad bin Makhul An-Nasafi
- Abu Abdullah Al-Husain bin Ali Al-Kashghari
- Abu Malik Nashran bin Nashr Al-Khutli
- Ali bin Al-Hasan bin Muhammad Al-Ghazzal
- Abu Al-Hasan Ali bin Ahmad Al-Farisi
- Nasir bin Yahya Al-Faqih
- Abu Muti' Al-Hakam bin Abdullah Al-Balkhi
Dalam riwayat ini, Abu Muti' bertanya kepada Imam Abu Hanifah, seorang ulama besar Ahlus Sunnah, mengenai prinsip-prinsip penting dalam ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah.
2. Prinsip Dasar Ahlus Sunnah wal Jamaah
Dalam ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah, Imam Abu Hanifah menjelaskan prinsip dasar sebagai berikut:
- Tidak Mengkafirkan Ahli Kiblat: Seseorang dari kaum Muslimin yang masih menghadap kiblat (yaitu kaum Muslimin yang shalat) tidak boleh dianggap keluar dari agama Islam hanya karena dosa. Dalam hal ini, dosa bukanlah alasan untuk menyebut seseorang sebagai kafir selama ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
- Tidak Mengeluarkan Seseorang dari Iman karena Dosa: Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak mengeluarkan seseorang dari keimanan hanya karena dosa. Selama seseorang masih memiliki iman dalam hatinya, ia masih dianggap sebagai seorang mukmin, meskipun ia melakukan dosa besar.
3. Pemahaman yang Tepat tentang Keimanan
Pemahaman tentang keimanan dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah sangatlah penting. Keimanan mencakup keyakinan kepada Allah, Rasul-Nya, dan ajaran-ajaran agama Islam. Dosa yang dilakukan oleh seorang Muslim tidak serta merta mengeluarkan mereka dari iman. Ini merupakan prinsip rahmat dan keadilan dalam Islam.
4. Hikmah dari Prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah
Dari penjelasan Imam Abu Hanifah di atas, kita dapat mengambil beberapa hikmah:
- Kasih Sayang dalam Menilai Sesama Muslim: Islam mengajarkan kita untuk bersikap penuh kasih sayang terhadap sesama Muslim. Tidak dibenarkan mengkafirkan sesama Muslim hanya karena dosa atau kekhilafan.
- Keimanan Adalah Rahmat: Keimanan adalah anugerah yang harus dihargai. Ketika seorang Muslim melakukan dosa, ia masih memiliki kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada jalan yang benar.
Penutup
Dengan prinsip ini, Ahlus Sunnah wal Jamaah menegaskan pentingnya menjaga persatuan umat Islam, serta mengedepankan rahmat dan keadilan dalam menilai kondisi spiritual seorang Muslim. Prinsip ini menjadi dasar yang kuat dalam menghadapi berbagai perbedaan pandangan dan kekhilafan yang mungkin terjadi di kalangan kaum Muslimin.
---
Referensi:
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih