Riya dan Cara Menghindarinya
Pengertian Riya
Riya adalah perilaku di mana seseorang melakukan suatu perbuatan atau ibadah dengan niat mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain, bukan karena mengharap ridha Allah SWT. Kata "riya" berasal dari bahasa Arab "ra'a-yara-ruyan-wa ru'yatan" yang berarti "melihat". Dalam konteks istilah, riya mengacu pada sikap seseorang yang memperlihatkan amal perbuatannya agar dilihat dan dihargai oleh orang lain. Dengan kata lain, riya adalah bentuk ibadah yang tidak murni dilakukan karena Allah, tetapi lebih karena keinginan untuk dipandang baik oleh manusia.
Dalil Al-Quran dan Hadits tentang Riya
Al-Quran melarang keras perbuatan riya, sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 264:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Maka perumpamaan orang itu seperti batu yang licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
Ayat ini menjelaskan bahwa perbuatan seperti menyebut-nyebut sedekah atau beribadah dengan niat untuk dipuji oleh orang lain akan merusak pahala ibadah tersebut.
Hadits Rasulullah SAW juga menekankan bahayanya riya. Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya."
Hadits ini menegaskan bahwa riya dianggap sebagai bentuk syirik kecil, yaitu menyekutukan Allah dalam niat ibadah dengan tujuan mendapatkan pujian dari makhluk.
Macam-macam Riya
Riya dapat muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya:
- Riya dengan perkataan: Memperindah suara saat membaca Al-Quran atau berdzikir untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
- Riya dengan amal perbuatan: Melakukan amal seperti sedekah atau salat dengan tujuan agar dilihat dan dipuji oleh orang lain.
- Riya dengan badan: Misalnya berpuasa hanya agar terlihat kurus dan dipuji orang karena tampilan fisiknya.
- Riya dengan tingkah laku dan pakaian: Berpakaian rapi atau berpenampilan agar dipandang sebagai orang yang saleh atau berwibawa.
- Riya dengan kepandaian: Menunjukkan ilmu agama atau kecerdasan dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain.
- Riya dengan banyak teman atau pergaulan: Memamerkan jumlah teman atau koneksi hanya untuk dipuji atau dianggap populer.
Ciri-ciri Orang yang Riya
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib, ada beberapa ciri khas orang yang memiliki sifat riya:
- Malas beramal jika sendirian: Orang yang riya cenderung tidak termotivasi melakukan ibadah jika tidak ada yang melihatnya.
- Semangat beramal jika dilihat orang lain: Sebaliknya, dia akan sangat bersemangat beribadah ketika ada orang yang memperhatikan.
- Semakin semangat jika mendapat pujian: Orang yang riya semakin terdorong untuk beramal jika mendapatkan sanjungan dari orang lain.
- Malas berbuat jika dicibir: Namun, jika dicemooh atau tidak dipuji, semangatnya akan menurun drastis, karena niat awalnya bukan karena Allah, melainkan karena manusia.
Cara Menghindari Sifat Riya
Menghindari sifat riya memerlukan usaha yang serius dan konsisten. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjauhkan diri dari sifat riya:
- Niatkan ibadah hanya karena Allah SWT: Sebelum melakukan ibadah, luruskan niat bahwa semua yang dilakukan adalah untuk mendapatkan ridha Allah, bukan pujian dari manusia.
- Selalu mengingat Allah SWT dengan berzikir: Dengan sering mengingat Allah, hati akan lebih mudah fokus pada tujuan utama beribadah, yaitu mendekatkan diri kepada-Nya.
- Mengendalikan hati: Jangan biarkan hati terbuai oleh pujian manusia. Pujian dari orang lain hanyalah sesuatu yang sementara, sedangkan ridha Allah adalah tujuan utama yang harus diupayakan.
- Jangan tergantung pada penilaian manusia: Sadari bahwa yang paling penting adalah bagaimana Allah memandang amal kita, bukan bagaimana manusia menilainya.
Kesimpulan
Riya adalah penyakit hati yang harus dihindari karena dapat merusak amal perbuatan kita. Ibadah yang dilakukan dengan niat untuk mendapat pujian dari manusia tidak akan diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menjaga niat ibadahnya murni karena Allah SWT dan senantiasa mengingat-Nya agar terhindar dari sifat riya.
Tugas:
Jawablah 5 soal esai berikut ini!
1. Jelaskan mengapa niat dalam beribadah sangat penting menurut ajaran Islam, dan bagaimana kaitannya dengan pandangan Allah terhadap amal seseorang?
2. Apa yang dimaksud dengan riya, dan bagaimana riya dapat merusak amal perbuatan seorang Muslim?
3. Menurut materi, apa yang membedakan penilaian Allah terhadap amal perbuatan seseorang dibandingkan dengan penilaian manusia!
4. Bagaimana cara seorang Muslim dapat menjaga niat ibadahnya agar tetap murni hanya karena Allah SWT? Berikan contoh nyata!
5. Apa dampak dari melakukan ibadah dengan niat ingin mendapat pujian dari manusia? Jelaskan berdasarkan ajaran Islam!
ref:
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih