Pemahaman Bashor dan Bashiroh


Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan mata untuk melihat dunia di sekitar kita. Namun, pernahkah Anda merenungkan bahwa ada penglihatan lain yang lebih mendalam selain apa yang ditangkap oleh mata? Penglihatan ini bukan sekadar tentang apa yang terlihat secara fisik, melainkan tentang bagaimana kita memahami makna dan hikmah di balik peristiwa yang kita alami. Inilah yang disebut sebagai bashiroh, sebuah penglihatan batin yang lebih dalam daripada sekadar melihat dengan mata fisik (bashor).

Bashor dan bashiroh adalah dua konsep penting yang tidak hanya terkait dengan bagaimana kita melihat, tetapi juga bagaimana kita memahami dan menafsirkan kehidupan. Bashor adalah penglihatan mata yang bersifat lahiriah, sementara bashiroh adalah penglihatan hati yang memungkinkan kita melihat dengan lebih mendalam, memahami makna tersembunyi di balik setiap kejadian.

Pertanyaan Pemantik

  1. Pernahkah Anda merasa bahwa ada makna yang lebih dalam di balik suatu peristiwa yang Anda alami, meskipun secara kasat mata tampak sederhana?
  2. Bagaimana Anda membedakan antara apa yang Anda lihat dengan mata fisik dan apa yang Anda rasakan atau pahami secara batin?
  3. Menurut Anda, mengapa penting untuk memiliki penglihatan batin (bashiroh) yang tajam, selain hanya mengandalkan penglihatan fisik (bashor)?

Pertanyaan-pertanyaan ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya memahami sesuatu lebih dari sekadar tampilan luarnya. Sebagaimana penglihatan fisik penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari, penglihatan batin sangat penting untuk mencapai kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna kehidupan.

Penjelasan

1. Pengertian Bashor dan Bashiroh

Bashor adalah kemampuan untuk melihat secara fisik, kemampuan mata kita dalam menangkap objek atau sesuatu yang bersifat lahiriah. Ini adalah penglihatan yang melibatkan mata secara langsung, seperti kita melihat buku, gunung, atau orang lain. Penglihatan ini adalah penglihatan kasat mata yang terbatas pada dunia fisik.

Bashiroh, di sisi lain, adalah wawasan atau kemampuan batin untuk memahami sesuatu yang lebih mendalam dan menyeluruh. Jika bashor adalah penglihatan mata, maka bashiroh adalah “penglihatan hati” yang memungkinkan kita memahami makna yang tersembunyi di balik fenomena atau kejadian. Ini adalah bentuk penglihatan spiritual dan intelektual, yang tidak hanya melihat apa yang tampak tetapi juga memahami hikmah di baliknya.

2. Perbedaan Bashor dan Bashiroh

Untuk memahami perbedaan keduanya, kita bisa membandingkannya dengan analogi sederhana:

  • Bashor seperti kamera: Kamera dapat menangkap gambar secara detail, tetapi hanya sebatas apa yang terlihat oleh lensa.
  • Bashiroh seperti pikiran dan hati yang merenung tentang makna gambar tersebut. Ia tidak hanya fokus pada gambarnya, tetapi juga pada apa arti gambar tersebut, apa pesan yang terkandung, dan bagaimana gambar itu mempengaruhi kita secara emosional dan spiritual.

Bashor berkaitan dengan mata fisik, sedangkan bashiroh berkaitan dengan penglihatan hati dan akal. Ketika seseorang melihat sebuah peristiwa dengan bashor, ia hanya melihat apa yang terjadi di permukaan. Namun, ketika ia menggunakan bashiroh, ia bisa melihat pelajaran, hikmah, atau pesan yang tersembunyi di balik peristiwa tersebut.

3. Pentingnya Bashiroh

Bashiroh adalah kunci untuk memahami realitas kehidupan secara mendalam. Ada tiga manfaat penting dari memiliki bashiroh yang kuat:

  1. Memahami Hikmah dari Setiap Peristiwa: Sebagai contoh, ketika kita mengalami musibah, dengan bashor kita hanya melihat kejadian buruk itu. Namun, dengan bashiroh, kita bisa memahami bahwa mungkin ada hikmah dan pelajaran di baliknya, seperti kesabaran atau kebijaksanaan yang dapat kita kembangkan.

  2. Mengambil Pelajaran dari Pengalaman Hidup: Pengalaman yang kita lalui, baik suka maupun duka, dapat memberikan kita wawasan jika dilihat dengan bashiroh. Pengalaman adalah guru terbaik, tetapi kita harus mampu merenung dan berpikir mendalam untuk mendapatkan manfaat darinya.

  3. Berpikir Kritis dan Mendalam: Bashiroh mendorong kita untuk tidak mengambil sesuatu dari permukaan saja. Dengan bashiroh, kita dilatih untuk berpikir kritis, mempertanyakan hal-hal yang terjadi, dan mencari makna di balik segala sesuatu. Ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih bijak dan memahami dunia dengan lebih jelas.

4. Cara Meningkatkan Bashiroh

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan bashiroh seseorang:

  • Memperbanyak Ibadah dan Dzikir kepada Allah SWT: Ibadah yang khusyuk dan dzikir dapat membersihkan hati, sehingga hati menjadi lebih peka terhadap kebenaran dan makna spiritual yang tersembunyi di balik peristiwa duniawi.

  • Merenungkan Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW: Dengan merenungkan ayat-ayat Allah, kita dilatih untuk memandang dunia dengan cara yang lebih dalam, melihat kehidupan dari sudut pandang ilahi.

  • Mengambil Pelajaran dari Pengalaman Hidup dan Alam: Setiap kejadian dalam hidup, baik yang kecil maupun besar, bisa menjadi pelajaran jika kita mau memikirkan dan merenungkannya. Alam sekitar juga penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah yang bisa kita pelajari.

  • Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis dan Analitis: Mengembangkan kemampuan berpikir kritis membantu kita tidak sekadar menerima informasi apa adanya, tetapi menganalisis, merenung, dan memahami alasan serta tujuan di balik segala sesuatu.

5. Dalil Al-Qur'an Terkait Bashor dan Bashiroh

Dalam Al-Qur'an, Allah sering kali membedakan antara penglihatan fisik (bashor) dan penglihatan batiniah (bashiroh). Berikut beberapa ayat yang relevan:

  1. Surah An-Nur Ayat 40

    وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُوراً فَمَا لَهُ مِن نُّورٍ 

    “Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.”
    Ayat ini menegaskan bahwa tanpa bashiroh dari Allah, seseorang tidak bisa melihat kebenaran, meskipun matanya (bashor) bisa melihat dunia fisik.

  2. Surah Al-Hajj Ayat 46:

    فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ 

    “Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”
    Di sini dijelaskan bahwa kebutaan yang sejati bukanlah kebutaan mata fisik, melainkan kebutaan hati (bashiroh). Orang yang hatinya buta tidak bisa melihat hikmah di balik peristiwa, meskipun secara fisik ia bisa melihatnya.

  3. Surah Hud Ayat 27-28:

    قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّي وَآتَانِي رَحْمَةً مِّنْ عِندِهِ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ أَنُلْزِمُكُمُوهَا وَأَنتُمْ لَهَا كَارِهُونَ

    "Dia (Nuh) berkata, 'Wahai kaumku, bagaimana pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia telah memberiku rahmat (kenabian) dari-Nya? Tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apakah Kami akan memaksakan (keimanan) itu kepadamu, padahal kamu benci kepadanya?'"

    Ayat ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi Nuh a.s. memiliki bukti yang jelas dari Tuhannya (bashiroh), namun kaumnya yang buta hatinya tidak bisa menerima atau melihat kebenaran tersebut.

Pertanyaan untuk Memahami Pemahaman Anda

Untuk melanjutkan pembahasan ini, penting bagi saya untuk memahami sejauh mana Anda telah memahami beberapa konsep dasar yang terlibat dalam materi ini. Mohon berikan jawaban Anda atas beberapa pertanyaan berikut:

  1. Apakah Anda sudah terbiasa dengan konsep penglihatan fisik (bashor) dan penglihatan batin (bashiroh)? Seberapa mendalam pemahaman Anda tentang perbedaan keduanya?
  2. Apakah Anda sudah pernah merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan penglihatan hati, seperti dalam Surah Al-Hajj atau An-Nur?
  3. Apakah Anda memiliki pengalaman atau pemahaman tentang cara meningkatkan wawasan batin (bashiroh) melalui ibadah atau refleksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an?
ref:

Komentar

Postingan Populer