Meningkatkan Pembelajaran di Kelas dengan Pendekatan Inkuiri Apresiatif: Aksi Nyata dan Penerapan Kompetensi sebagai Pendidik

Sebagai seorang pendidik, tantangan terbesar bukan hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang memberdayakan dan memotivasi siswa untuk berkembang. Salah satu pendekatan yang dapat membantu mencapai tujuan ini adalah Inkuiri Apresiatif (Appreciative Inquiry). Pendekatan ini berfokus pada pengenalan dan penguatan potensi serta keberhasilan yang sudah ada, sehingga mendorong terciptanya suasana belajar yang positif dan produktif.

Apa Itu Inkuiri Apresiatif?

Inkuiri Apresiatif adalah pendekatan yang menitikberatkan pada pencarian, penghargaan, dan pengembangan apa yang sudah berhasil, alih-alih berfokus pada masalah atau kekurangan. Dalam konteks pendidikan, pendekatan ini membantu guru dan siswa untuk mengidentifikasi aspek-aspek positif dari proses belajar, kemudian menggunakannya sebagai dasar untuk merancang tindakan yang lebih baik di masa depan.

Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh David Cooperrider dan Suresh Srivastva pada tahun 1987 dalam artikel mereka yang berjudul "Appreciative Inquiry in Organizational Life" (Cooperrider & Srivastva, 1987). Pendekatan ini telah digunakan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, untuk mendorong perubahan positif dan inovasi.

Kompetensi Pendidik dalam Pendekatan Inkuiri Apresiatif

Dalam menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif, beberapa kompetensi penting yang perlu dimiliki oleh pendidik antara lain:

  1. Kompetensi Pedagogis: Kemampuan untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menyeluruh, dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi siswa (Shulman, 1987).
  2. Kompetensi Sosial: Kemampuan berinteraksi secara positif dengan siswa, menciptakan hubungan yang sehat, dan membangun rasa percaya (Tschannen-Moran & Hoy, 2000).
  3. Kompetensi Profesional: Menguasai materi ajar secara mendalam dan terus mengembangkan metode pengajaran yang inovatif dan relevan (Ball & Cohen, 1999).

Tahap-Tahap Penerapan Inkuiri Apresiatif

Pendekatan Inkuiri Apresiatif dapat diterapkan dalam beberapa tahap yang berurutan, yakni Discovery (Penemuan), Dream (Impian), Design (Desain), dan Delivery (Pelaksanaan). Berikut adalah contoh aksi nyata di setiap tahap tersebut dalam konteks pembelajaran di kelas.

1. Discovery (Penemuan): Mengidentifikasi Keberhasilan

Tahap pertama dalam Inkuiri Apresiatif adalah menemukan apa yang sudah berjalan dengan baik. Dalam kelas, ini bisa dimulai dengan mengajak siswa untuk berbagi pengalaman positif mereka selama proses belajar. Misalnya, guru dapat mengadakan sesi diskusi di mana siswa menceritakan momen-momen terbaik mereka, seperti ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas yang sulit atau saat bekerja sama dengan teman-teman mereka.

Hasil: Siswa menjadi lebih termotivasi karena mereka menyadari dan mengakui keberhasilan mereka sendiri. Hal ini juga membantu membangun rasa percaya diri dan optimisme dalam diri siswa.

2. Dream (Impian): Visualisasi Masa Depan yang Diinginkan

Setelah menemukan apa yang berhasil, tahap berikutnya adalah membayangkan bagaimana pengalaman belajar bisa lebih baik lagi di masa depan. Guru dapat meminta siswa untuk memvisualisasikan lingkungan belajar yang ideal menurut mereka. Misalnya, siswa bisa diminta untuk menggambar atau menulis tentang bagaimana mereka ingin proses belajar di kelas berlangsung.

Hasil: Siswa menjadi lebih terlibat dalam proses belajar karena mereka merasa didengarkan dan dihargai. Mereka juga menjadi lebih sadar akan peran mereka dalam menciptakan suasana belajar yang positif.

3. Design (Desain): Merancang Pembelajaran

Pada tahap ini, guru dan siswa bekerja sama untuk merancang strategi dan aktivitas yang dapat diterapkan guna mencapai tujuan belajar yang telah diimpikan. Sebagai contoh, guru dapat mengajak siswa untuk berdiskusi dan memutuskan metode belajar yang paling mereka sukai, seperti pembelajaran berbasis proyek atau diskusi kelompok.

Hasil: Dengan melibatkan siswa dalam perancangan pembelajaran, mereka merasa memiliki kontrol dan tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Ini meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka dalam belajar.

4. Delivery (Pelaksanaan): Implementasi Strategi

Tahap terakhir adalah pelaksanaan dari strategi yang telah dirancang. Guru dan siswa melaksanakan aktivitas yang telah disepakati dengan semangat dan antusiasme. Sebagai contoh, guru dapat mengadakan proyek kolaboratif yang sepenuhnya dikelola oleh siswa, sementara guru berperan sebagai fasilitator.

Hasil: Siswa lebih aktif dan bersemangat dalam belajar karena mereka merasa bahwa proses ini adalah hasil dari ide dan usaha mereka sendiri. Ini juga memperkuat rasa kepemilikan terhadap pembelajaran.

Refleksi dan Evaluasi

Setelah semua tahap dilalui, penting bagi guru dan siswa untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang baru saja mereka jalani. Guru dapat mengadakan sesi refleksi di mana siswa menilai perkembangan mereka, serta mengidentifikasi apa yang bisa diperbaiki di masa depan. Evaluasi ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses dan pengalaman belajar itu sendiri.

Hasil: Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkelanjutan karena siswa tidak hanya belajar dari materi ajar, tetapi juga dari proses belajar itu sendiri. Ini menciptakan budaya pembelajaran yang terus berkembang dan selalu mencari cara untuk menjadi lebih baik.

Kesimpulan

Pendekatan Inkuiri Apresiatif memungkinkan guru untuk melihat potensi dan keberhasilan yang sudah ada, kemudian menggunakannya sebagai dasar untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik. Dengan melibatkan siswa dalam setiap tahap proses, pendekatan ini tidak hanya meningkatkan motivasi belajar, tetapi juga menciptakan lingkungan yang positif dan memberdayakan. Sebagai pendidik, pendekatan ini membantu kita untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi siswa-siswa kita.

Referensi

  • Ball, D. L., & Cohen, D. K. (1999). Developing practice, developing practitioners: Toward a practice-based theory of professional education. In G. Sykes & L. Darling-Hammond (Eds.), Teaching as the learning profession: Handbook of policy and practice (pp. 3-32). Jossey-Bass.
  • Cooperrider, D. L., & Srivastva, S. (1987). Appreciative Inquiry in Organizational Life. Research in Organizational Change and Development, 1, 129-169.
  • Shulman, L. S. (1987). Knowledge and teaching: Foundations of the new reform. Harvard Educational Review, 57(1), 1-22.
  • Tschannen-Moran, M., & Hoy, W. K. (2000). A multidisciplinary analysis of the nature, meaning, and measurement of trust. Review of Educational Research, 70(4), 547-593.

Komentar

Postingan Populer