MENGHINDARI SIKAP GHADAB (MARAH) DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

MENGHINDARI SIKAP GHADAB (MARAH) DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Marah atau ghadab adalah salah satu emosi yang Allah SWT ciptakan dalam diri manusia. Emosi ini dapat muncul sebagai respons terhadap situasi atau peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginan atau nilai-nilai yang kita anut. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan perasaan, kita perlu memahami dan mengendalikan emosi ghadab ini dengan bijak.

Ghadab, dalam pandangan Islam, tidaklah dianggap sebagai emosi yang negatif secara mutlak. Rasulullah SAW sendiri pernah merasakan ghadab, namun beliau selalu mampu mengendalikannya dengan baik. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 134)

Namun, ghadab yang tidak terkendali dapat berdampak negatif pada diri kita dan orang lain. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita untuk mengatur dan mengelola emosi ini dengan cara yang sebaik-baiknya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ فِيكُمْ الصُّرَعَةَ قَالَ قُلْنَا الَّذِي لَا يَصْرَعُهُ الرِّجَالُ قَالَ قَالَ لَا وَلَكِنْ الصُّرَعَةُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

"Siapa yang kalian anggap orang kuat?" ia berkata: Kami menjawab: Yaitu orang yang tidak dapat dikalahkan. Ia berkata: Beliau bersabda: "Bukan, tetapi ia adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Imam Ahmad)

Dalam menghadapi ghadab, Islam memberikan beberapa petunjuk dan nasehat. Pertama, kita perlu mengingat bahwa Allah SWT adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ketika marah, kita dapat meredakan emosi dengan berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya. Kedua, Rasulullah SAW juga mengajarkan untuk beristighfar dan berdzikir dalam situasi-situasi yang memicu ghadab. Dengan mengingat Allah dan memperbanyak amalan baik, kita dapat menenangkan hati dan mengendalikan emosi.

Selain itu, dalam menghadapi ghadab, kita juga perlu belajar untuk berkomunikasi dengan baik. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang mengatakan perkataan yang baik, sesungguhnya setan itu berusaha menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS. Al-Isra': 53) Dengan berbicara dengan bijaksana dan penuh hikmah, kita dapat menghindari konflik dan membangun hubungan yang harmonis dengan sesama.

Dalam Islam, ghadab bukanlah sesuatu yang harus dikendalikan sepenuhnya, namun lebih pada bagaimana kita mampu mengelola dan mengarahkannya dengan baik. Dengan mengikuti petunjuk agama dan mengendalikan emosi dengan bijak, kita dapat menjaga keselarasan dan kedamaian dalam hidup kita. 

A. Pengertian Ghadab (Kemarahan)
  1. Secara Etimologis:
  2. Marah (غَضَبُ) merupakan antonim dari ridha (رِضَا). Ghadhabah (غَضْبَةُ), bentuk kata benda dari marah, berarti batu yang keras. Kata ghadhab dihubungkan dengan kemarahan karena intensitasnya yang bagaikan batu keras. Seseorang yang marah disebut ghadhiba (غَضِبَ), sedang marah disebut yaghdhu (يَغْضَبُ), sedang marah disebut ghadaban (غَضْبَانُ), dan pemarah disebut ghadhubun (غَضُوبٌ).
  3. Secara Terminologis: Marah didefinisikan sebagai mendidihnya darah di hati dengan tujuan membalas dendam. Marah juga diartikan sebagai mendidihnya hati akibat sesuatu yang menyakitkan.
  4. Al-Jurjani, seorang pakar bahasa Arab, mendefinisikan marah sebagai perubahan yang terjadi saat darah di hati mendidih, yang menghasilkan rasa puas di dada.
    Definisi lain menyebutkan marah sebagai mendidihnya darah di hati untuk menghilangkan bahaya saat ada rasa takut bahaya itu akan terjadi, atau untuk membalas dendam kepada orang yang telah menyakiti setelah bahaya itu terjadi.
    Marah juga dipahami sebagai gejolak jiwa dan kegembiraan yang timbul dari kesadaran akan sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat marah tanpa rasa takut.
  5. Kesimpulan:
  6. Marah adalah emosi kompleks yang berakar dari rasa sakit, ketidakadilan, atau ancaman. Marah dapat memotivasi seseorang untuk melindungi diri, menuntut keadilan, atau membalas dendam. Marah juga dapat berakibat negatif jika tidak dikelola dengan baik.

B. Perbedaan Antara Marah, Murka, Kesal, dan Sedih
  1. Perbedaan Antara Marah dan Murka:
  • Marah (غَضَبُ) dapat terjadi dari orang yang lebih kecil kepada orang yang lebih besar, dan sebaliknya.
  • Murka (سَخَطُ) hanya terjadi dari orang yang lebih besar kepada orang yang lebih kecil.
  • Murka adalah kebalikan dari ridha.
  • Murka dapat digunakan sebagai sinonim dari marah.
  2. Perbedaan Antara Marah dan Kesal:
  • Kesal (غَيظُ) lebih intens daripada marah.
  • Kesal adalah tahap awal atau puncak dari marah.
  • Kesal selalu diikuti dengan keinginan untuk membalas dendam, sedangkan marah tidak selalu demikian.
  • Kesal dapat terjadi pada diri sendiri, sedangkan marah tidak.
  • Kesal lebih dekat dengan kesedihan.
  3. Perbedaan Antara Marah dan Mengamuk:
  • Mengamuk (اشتياطُ) adalah rasa marah yang disertai dengan kehilangan kendali.
  • Mengamuk seperti kegembiraan dalam kebahagiaan.
  • Mengamuk dapat diartikan sebagai cepat marah.
  4. Perbedaan Antara Marah dan Sedih:
  • Marah disebabkan oleh sesuatu yang tidak disukai dari orang yang lebih rendah.
  • Sedih disebabkan oleh sesuatu yang tidak disukai dari orang yang lebih tinggi.
  • Marah bergerak dari dalam tubuh ke luar, sedangkan sedih bergerak dari luar tubuh ke dalam.
  • Marah dapat menyebabkan kekerasan dan balas dendam, sedangkan sedih dapat menyebabkan penyakit dan kesedihan.
  • Sedih dapat menyebabkan kematian, sedangkan marah tidak.
  5. Kesimpulan:
  • Marah, murka, kesal, dan sedih adalah emosi yang berbeda dengan penyebab dan efek yang berbeda.
  • Memahami perbedaan ini dapat membantu kita untuk mengelola emosi dengan lebih baik.
C. Bahaya Sikap Ghadab

Sikap ghadab atau marah adalah sikap yang dapat membawa bahaya jika tidak dikendalikan dengan baik. Berikut adalah beberapa bahaya yang dapat timbul akibat sikap ghadab:
  1. Keputusan dan tindakan yang tidak rasional: Ketika seseorang sedang marah, kemampuannya untuk berpikir secara rasional dapat terganggu. Hal ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak bijaksana dan tindakan yang tidak terkendali.
  2. Retaknya hubungan persaudaraan: Sikap ghadab yang tidak terkendali dapat merusak hubungan antar manusia, termasuk hubungan persaudaraan. Marah yang berlebihan dapat menyebabkan pertengkaran, permusuhan, dan bahkan putusnya hubungan yang telah terjalin.
  3. Membahayakan kesehatan tubuh: Marah yang intens dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan stres. Jika marah terjadi secara terus-menerus dan tidak dikendalikan, hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh, seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan bahkan meningkatkan risiko serangan jantung.
D. Cara Menghindari Sikap Ghadab

Cara menghindari sikap ghadab atau pemarah adalah hal yang penting untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengendalikan dan menghindari sikap ghadab:
  1. Mengetahui Penyebab Ghadab: Penting untuk mengidentifikasi penyebab sikap ghadab agar dapat mengatasinya dengan lebih efektif. Penyebab ghadab dapat berasal dari faktor fisik dan faktor psikis.
  2. Mengelola Emosi: Salah satu cara menghindari sikap ghadab adalah dengan mengelola emosi dengan baik. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan: 
    • Bernafas dalam-dalam: Ketika merasa marah, cobalah untuk mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. Hal ini dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi kemarahan. 
    • Mengalihkan perhatian: Cobalah untuk mengalihkan perhatian dari situasi yang memicu kemarahan. Misalnya, mendengarkan musik, melakukan aktivitas fisik, atau berbicara dengan teman yang dapat memberikan dukungan.
  3. Berpikir Positif: Mengubah pola pikir negatif menjadi positif dapat membantu menghindari sikap ghadab. Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang yang lebih baik dan mencari solusi yang konstruktif.
  4. Berkomunikasi dengan Baik: Salah satu penyebab ghadab adalah ketidakpuasan dalam komunikasi. Oleh karena itu, penting untuk belajar berkomunikasi dengan baik dan mengungkapkan perasaan dengan jelas dan sopan.
  5. Menghindari Konflik: Menghindari situasi yang dapat memicu konflik dapat membantu menghindari sikap ghadab. Jika ada perbedaan pendapat atau masalah, cobalah untuk mencari solusi yang damai dan saling menghormati.
  6. Membaca Ta'awudz: Ketika merasa marah, membaca ta'awudz (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) dapat membantu menghindari godaan setan dan meredakan kemarahan.
  7. Merubah Posisi: Ketika merasa marah, mengubah posisi tubuh dapat membantu meredakan kemarahan. Misalnya, berpindah dari berdiri menjadi duduk, atau berbaring jika kemarahan belum mereda. Rasulullah SAW mengajarkan agar orang yang marah mengambil posisi yang lebih rendah untuk meredam kemarahannya.
  8. Diam atau Tidak Berbicara: Ketika marah, emosi seseorang dapat meningkat dan menyebabkan tindakan yang tidak terkendali. Oleh karena itu, sebaiknya diam atau tidak berbicara saat sedang marah untuk menghindari kata-kata atau tindakan yang dapat merugikan.
Penting untuk diingat bahwa menghindari sikap ghadab adalah proses yang membutuhkan kesabaran dan latihan. Dengan kesadaran dan upaya yang konsisten, kita dapat mengendalikan emosi dan menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Tugas:
  1. Jelaskan pengertian ghadab (marah) dalam pandangan Islam dan bagaimana Islam mengajarkan kita untuk mengelola emosi tersebut secara bijak!
  2. Apa hikmah yang dapat kita ambil dari pengendalian ghadab (marah) berdasarkan ajaran Islam? Berikan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari!
  3. Bagaimana cara Allah SWT dan Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi ghadab (marah)? Berikan penjelasan yang lengkap dan rinci!
  4. Mengapa ghadab (marah) yang tidak terkendali dapat berdampak negatif pada diri kita dan orang lain? Berikan contoh situasi yang dapat mengilustrasikan dampak negatif tersebut!
  5. Bagaimana pentingnya komunikasi yang baik dalam menghadapi ghadab (marah)? Jelaskan peran komunikasi yang bijaksana dalam menghindari konflik dan membangun hubungan yang harmonis!
Semoga soal-soal tersebut dapat membantu dalam pemahaman dan refleksi mengenai menghindari sikap ghadab (marah) dalam kehidupan sehari-hari.



Komentar

Postingan Populer