Muhammadiyah Dari Masa ke Masa: Menelusuri Jejak Perjalanan Pergerakan Islam di Indonesia
Muhammadiyah, sebuah gerakan Islam yang memiliki perjalanan panjang dan berpengaruh di Indonesia, telah melalui berbagai fase penting sejak didirikan pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri jejak perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa, menyaksikan bagaimana gerakan ini berkembang dan memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Periode Sebelum Kemerdekaan: Masa Penjajahan Belanda (1912-1942)
Muhammadiyah lahir dari kepedulian K.H. Ahmad Dahlan terhadap kondisi umat Islam pada masa itu. Pada awalnya, Muhammadiyah fokus pada pendidikan agama Islam dan pengetahuan umum. Keberadaan partai politik Islam seperti Masyumi juga banyak didukung oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadi Kusuma, Buya HAMKA, K.H. Faqih Usman, Prof. K.H. Kahar Muzakkir, dan K.H. Hasan Basri.
Gerakan Muhammadiyah pada masa awal kemerdekaan Indonesia juga terlihat dalam upaya pendirian sekolah-sekolah yang mengajarkan agama Islam dan pengetahuan umum. Pendirian Muhammadiyah diawali dengan bantuan pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Nama "Muhammadiyah" dipilih sebagai identitas gerakan ini.
Proses pengakuan Muhammadiyah sebagai badan hukum resmi tidaklah mudah. Surat permohonan pengakuan dikirim kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 20 Desember 1912. Namun, pemerintah Belanda sangat berhati-hati dalam menanggapinya. Setelah melalui serangkaian surat menyurat selama 20 bulan, akhirnya Muhammadiyah diakui sebagai badan hukum resmi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 22 Agustus 1914.
Periode K.H. Ahmad Dahlan (1912-1923)
Pada awal pendiriannya, Muhammadiyah menghadapi berbagai tantangan. Faktor internal seperti banyaknya umat Islam yang terjangkit penyakit syirik, taqlid, dan bid'ah, serta terpecah ke dalam tiga golongan (priyayi, santri, dan abangan), menjadi perhatian utama K.H. Ahmad Dahlan. Di samping itu, faktor eksternal seperti penjajahan kolonial Belanda dan gerakan pembaharuan Islam dunia juga menjadi motivasi bagi pendirian Muhammadiyah.
Periode K.H. Ibrahim (1923-1932)
K.H. Ibrahim, adik ipar K.H. Ahmad Dahlan, menjadi pemimpin Muhammadiyah setelah K.H. Ahmad Dahlan wafat pada tahun 1923. Pada masa ini, Muhammadiyah mengalami perkembangan yang pesat dan meluas ke luar Jawa. Majelis Tarjih dibentuk untuk melakukan penelitian dan pengembangan hukum-hukum agama. Selain itu, organisasi pemuda seperti Nasyiyatul Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah juga didirikan pada periode ini.
Periode K.H. Hisyam (1932-1936)
Pada masa kepemimpinan K.H. Hisyam, bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar. Muhammadiyah melakukan penertiban dan pemantapan administrasi organisasi, sehingga gerakan ini menjadi lebih kuat dan lincah dalam menjalankan misinya. Periode ini juga ditandai dengan semakin berkembangnya jaringan pendidikan Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Periode K.H. Mas Mansur (1936-1942)
Pada periode ini, Muhammadiyah terus berkembang dan mengalami perubahan signifikan. K.H. Mas Mansur, seorang tokoh Muhammadiyah yang karismatik, memimpin gerakan ini dengan visi modernisasi dan pelestarian nilai-nilai Islam. Pada masa ini, MuhamMuhammadiyah Dari Masa ke Masa: Menelusuri Jejak Perjalanan Pergerakan Islam di Indonesia
Muhammadiyah, sebagai salah satu gerakan Islam terbesar di Indonesia, telah memiliki perjalanan yang panjang dan berpengaruh dalam sejarah bangsa. Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi jejak perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa, mengungkap kisah perjuangannya dalam membangun masyarakat yang kuat dan beradab.
Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan tujuan utama membawa pembaruan dalam praktik keagamaan dan pendidikan Islam. Pada awalnya, gerakan ini fokus pada pendidikan agama dan pengetahuan umum. Namun, seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah berkembang menjadi organisasi yang lebih kompleks, melibatkan diri dalam berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.
Pada masa penjajahan Belanda, Muhammadiyah menjadi salah satu kekuatan pergerakan nasional yang ikut berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Gerakan ini tidak hanya memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan, tetapi juga aktif dalam membangun kesadaran nasional dan melawan penindasan kolonial. Tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti K.H. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadi Kusuma, dan Buya HAMKA, berperan penting dalam memobilisasi umat Islam untuk berjuang demi kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Muhammadiyah terus berperan dalam membangun negara yang baru lahir. Gerakan ini aktif dalam mengembangkan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas, memperjuangkan keadilan sosial, dan mempromosikan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran. Muhammadiyah juga memiliki peran penting dalam memajukan bidang kesehatan, dengan mendirikan rumah sakit, klinik, dan pusat kesehatan di seluruh Indonesia.
Selain itu, Muhammadiyah juga telah menjadi wadah bagi pengembangan potensi generasi muda. Melalui organisasi pemuda seperti Pemuda Muhammadiyah, gerakan ini telah memberikan peluang kepada para pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan mengembangkan kepemimpinan mereka.
Dalam perjalanan sejarahnya, Muhammadiyah tidak hanya menghadapi tantangan eksternal, tetapi juga tantangan internal. Namun, gerakan ini terus bertahan dan berkembang, berkat semangat dan dedikasi para pengurus dan anggotanya yang militan.
Hingga saat ini, Muhammadiyah tetap menjadi kekuatan yang kuat dalam masyarakat Indonesia. Dengan jaringan pendidikan, kesehatan, dan sosialnya yang luas, gerakan ini terus berkontribusi dalam memajukan bangsa dan mewujudkan visi keadilan dan kemakmuran bagi semua.
Dengan merenungkan perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa, kita dapat memetik pelajaran berharga tentang kegigihan, kesetiaan pada nilai-nilai Islam, dan semangat kerjasama yang menjadi modal penting dalam membangun masyarakat yang berkeadaban.
---
ref:
https://www.sekolahmuonline.com/2018/03/muhammadiyah-dari-masa-ke-masa.html
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih